Pada tahun ini SMK Dirgantara Putra Bangsa berhasil meloloskan 2 peserta didiknya terpilih menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Mereka berdua terpilih menjadi anggota Paskibraka Kabupaten Sleman 2019. Dalam kesempatan ini, penulis hendak membagikan pengalaman serta mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat dengan sosok 2 peserta didik ini.
Peserta didik yang pertama bernama Irma Nurvi Ardina. Putri dari Bapak Bardi dan Ibu Tuminah ini lahir di Kulon Progo, 7 Agustus 2003. Saat ini Irma (panggilan akrabnya) duduk di kelas 11. Irma beralamat di Wiyu Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. Ia memiliki hobi yang cukup berbeda dari remaja putri pada umumnya, yaitu bermain futsal. Dalam berorganisasi di sekolah, Irma merupakan anggota Polisi Siswa (Polsis) dan menjabat sebagai ketua dalam Penggurus Pleton Inti (Tonti) SMK Dirgantara Putra Bangsa atau yang lebih dikenal dengan nama PASIDIRBA.
Peserta didik yang kedua bernama Isna Nuriya Kartika. Putri dari Bapak Sukadiono dan Ibu Rubiyah ini lahir di Sleman, 20 Oktober 2002. Saat ini Isna (panggilan akrabnya) duduk di kelas 12. Isna beralamat di Cokrobedog, Sidowarum, RT 08/RW 12, Godean, Sleman. Isna memiliki hobi berlatih beladiri. Namun tidak seperti beladiri pada umumnya, ia menekuni seni beladiri Muaythai. Pada kesempatan terdahulu, ia sudah sempat mengikuti seleksi Paskibraka. Namun ia hanya terpilih sebagai anggota cadangan Paskibraka Kabupaten Sleman. Tak ingin menyerah, ia kembali mengikuti seleksi Paskibraka di tahun 2019 hingga akhirnya berhasil terpilih sebagai pasukan utama.
Dalam suatu kesempatan, penulis menemui dan melakukan obrolan santai dengan ke duanya. Berikut hasilnya;
Sejak kapan muncul rasa ketertarikan dalam diri kalian berdua untuk menjadi seorang Paskibraka?
Irma: Semenjak kelas 1 SMK. Awalnya saya tidak tertarik dengan PBB karena semenjak SMP tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut. Namun semenjak mengikuti latihan PBB di sekolah dan bergabung dengan Paskibra Kecamatan Mlati mulai muncul rasa ketertarikan untuk menjadi seorang Paskibraka. Terlebih setelah mendengar cerita-cerita yang di sampaikan oleh para pelatih Paskibra Kecamatan Mlati.
Isna: Sejak kecil, ketika melihat siaran langsung penampilan Paskibraka Nasional di TV. Kemudian semenjak SMP selalu mengikuti latihan PBB dengan semangat, terlebih setelah masuk di SMK. Ketika kelas 10 dulu, saya sudah pernah mengikuti seleksi. Namun hanya masuk pasukan cadangan saja. Awalnya saya sempat terpuruk. Berkat dukungan berbagai pihak saya mampu bangkit dan kembali mencoba untuk mengikuti seleksi ketika kelas 11 dan Alhamdulillah lolos.
Apa sih yang menjadi motivasi kalian untuk menjadi seorang Paskibraka?
Isna: Saya ingin menjadi komandan pasukan (sambil tertawa). Bercanda kok. Saya ingin merasakan seperti apa rasanya menjadi seorang Paskibraka karena itu impian saya sejak kecil.
Irma: Kalau saya ingin membanggakan ke dua orang tua.
Usaha apa saja yang sudah kalian lakukan untuk bisa mencapai tujuan tersebut?
Irma: Kalau saya dengan memperbanyak latihan PBB karena ilmu PBB yang saya miliki masih sangat kurang. Kemudian saya mencoba untuk berlatih berbicara di depan umum karena saya masih belum terbiasa apabila berbicara di depan orang banyak. Dan juga tidak ketinggalan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Isna: Saya melakukan instropeksi diri. Karena sebelumnya saya sudah pernah mengikuti seleksi namun gagal. Kemudian saya juga lebih memperdalam Bahasa Inggris serta lebih mengasah bakat yang saya miliki. Saya juga memperbanyak latihan fisik dan olahraga.
Momen apa yang paling tidak terlupakan selama mengikuti kegiatan pelatihan Paskibraka Kabupaten Sleman 2019?
Isna: Ketika karantina. Karena disaat itu kami benar-benar dituntut untuk tidak egois. Kami harus selalu mementingkan urusan kelompok. Disana mental kami benar-benar dilatih. Kemudian momen lainnya yang tidak terlupakan adalah ketika malam sesudah pengukuhan saya menyentuh duplikat Bendera Pusaka dengan tangan saya sendiri, tanpa sarung tangan. Rasanya sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Irma: Ketika mengikuti salah satu kegiatan alam, kami dituntut untuk benar-benar mandiri dan harus saling mengerti satu dengan lainnya. Dibutuhkan mental yang sangat baja. Momen lainnya yang tidak terlupakan adalah ketika proses penurunan bendera pusaka, ketika bendera pusaka dibentangkan rasanya sangat haru dan bangga.
Saran apa yang bisa kalian bagikan untuk adik-adikmu untuk bisa menjadi seorang Paskibraka?
Irma: Harus benar-benar diniatkan dan tidak boleh asal coba-coba. Harus selalu melatih fisik. Kemudian perbanyak bicara di depan umum.
Isna: Sikap, sikap, sikap! Jangan meninggalkan ibadah karena setiap usaha perlu diiringi dengan doa. Jangan menjadi orang yang egois dan perbanyaklah interaksi dengan orang-orang disekitarmu